PencarianOnline - Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan,
tanaman padi memerlukan hara N sebanyak 17,5 kg (setara 39 kg Urea), P
sebanyak 3 kg (setara 9 kg SP-36) dan K sebanyak 17 kg (setara 34 kg
KCl). Dengan demikian bila petani menginginkan hasil gabah yang tinggi
tentu diperlukan pupuk yang lebih banyak. Pada dasarnya pupuk merupakan
makanan bagi tanaman. Terdapat 2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik
(pupuk pabrik) dan pupuk organik.
Untuk mendapatkan hasil gabah yang
tinggi dengan tetap mempertahankan kesuburan tanah, maka perlu dilakukan
kombinasi pemupukan antara pupuk anorganik dengan pupuk organik.
Keuntungan dari applikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah
kekurangan sifat pupuk organik dipenuhi oleh pupuk anorganik, sebaliknya
kekurangan dari pupuk anorganik dipenuhi oleh pupuk organik.
Tanaman padi memerlukan banyak hara N
dibanding hara P ataupun K. Hara N berfungsi sebagai sumber bahan untuk
pertumbuhan tanaman, pembentukan anakan, pembentukan klorofil yang
penting untuk proses asimilasi, yang pada akhirnya memproduksi pati
untuk pertumbuhan dan pembentukan gabah. Hara P berfungsi sebagai sumber
tenaga untuk memenuhi kualitas hidup tanaman seperti keserempakan
tumbuh dan pematangan. Sementara itu hara K berfungsi sebagai komponen
pendukung berlangsungnya reaksi ensim dalam tanaman. Selain itu
berfungsi juga memperbaiki rendemen gabah, ketahanan terhadap
kekeringan, ketahanan terhadap penyakit tanaman, dan kualitas gabah.
Dengan demikian untuk mendapatkan gabah dengan kuantitas tinggi dan
kualitas yang baik maka tanaman perlu diberi hara yang lengkap.
Pemberian hara dalam bentuk pupuk dapat
dilakukan berdasarkan fase pertumbuhan tanaman, ataupun dengan melihat
penampilan tanaman di lapangan. Salah satu cara pemberian pupuk Urea
pada tanaman padi adalah dengan mengawasi perubahan warna daun dengan
bantuan alat yang dinamakan bagan warna daun (BWD). Bagan warna daun
berupa alat berbentuk “kartu” yang memiliki warna dari hijau muda sampai
hijau tua, dengan skala 1 – 4 atau 1 – 6. Untuk menentukan saat
pemupukan N, pada hamparan tanaman padi, diambil secara acak sebanyak
15 – 20 rumpun contoh, kemudian cocokan warna daunnya dengan warna hijau
pada alat BWD. Bila rata-rata pengamatan warna hijau daun berada di
skala warna 3 atau lebih rendah lagi (pada BWD 4 skala) atau di skala 4
atau lebih rendah lagi (pada BWD 6 skala) maka tanaman segera dipupuk N
(Urea dan sejenisnya) karena tanaman telah mengalami lapar hara N.
Namun bila pada monitoring BWD diperoleh rata-rata lebih dari skala 3
(pada BWD 4 skala) atau lebih dari skala 4 (pada BWD 6 skala), maka
tanaman tidak perlu diberi pupuk N (Urea) karena tanaman masih mampu
memperoleh hara N dari tanah. Monitoring pemberian pupuk dengan alat BWD
dilakukan sejak 14 HST sampai fase berbunga (63 HST) setiap 7 hari
sekali. Banyaknya penambahan Urea, bila terjadi kekurangan hara N adalah
70 kg Urea/ha. Berdasar pengalaman cara pemberian Urea seperti itu
dapat dihemat rata-rata 100 kg/ha tanpa menurunkan hasil gabah.
Bila pemberian pupuk dilakukan secara
terjadwal berdasarkan fase pertumbuhan tanaman, maka pemberian pupuk
untuk padi hibrida sebaiknya pada umur 7 – 10 hari setelah tanam (HST),
21 HST dan 42 HST, masing-masing sebanyak 75 kg Urea, 100 kg SP-36 dan
50 kg KCl per hektar; 150 kg Urea per hektar, serta 75 kg Urea dan 50
kg KCl per hektar. Pupuk Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar
pemberian pupuk N menjadi lebih efisien terserap oleh tanaman padi
hibrida. Sedangkan pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali, agar proses
pengisian gabah menjadi lebih baik dibanding dengan satu kali pemberian
bersamaan dengan pupuk Urea pertama.
Pemberian hara P dan K dapat ditentukan
berdasar hasil analisis tanah atau melihat status hara P dan K dari peta
status hara. Secara umum hara P dan K tidak perlu diberikan setiap
musim. Hara P dapat diberikan tiap 4 musim sekali sedangkan hara K dapat
tiap 6 musim sekali. Hal ini disebabkan pupuk P yang diberikan ke
tanah, hanya ± 20 % nya terserap tanaman sedang sisanya terakumulasi
dalam tanah, sementara itu pupuk K yang diberikan ke dalam tanah, hanya
terserap tanaman ± 30 % dan sisanya terakumulasi dalam tanah. Sementara
itu sumbangan hara K dari air irigasi juga cukup tinggi ± 23 kg K2O/ha/musim
atau setara dengan 38 kg KCl/ha/musim. Sumbangan hara berasal dari
tanah juga cukup potensial. Besar sumbangan N, P dan K berasal dari
tanah dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan hara, sumbangan hara dari tanah dan defisit hara..
Target Hasil (t/ha) |
Kebutuhan Hara (kg/ha)
|
Sumbangan Hara dari Tanah (kg/ha)
|
Defisit Hara Tanaman (kg/ha)
|
5 ton/ha | N : 90 kg | N : 40 – 65 kg | N : 25 – 50 kg |
P : 16 kg | K : 12 – 19 kg | P : 0 – 4 kg | |
K : 90 kg | K : 60 – 100 kg | K : 0 – 30 kg |
Suplai hara dari tanah tergantung pada
kesuburan tanahnya. Kriteria tanah subur/tidak subur antara lain dapat
dilihat pada Tabel 2. Bila para petani bersedia mengembalikan semua
jerami ke dalam tanah sawah, maka tidak perlu lagi menambahkan pupuk
KCl, karena sebanyak 80 % hara K yang diserap oleh tanaman padi
terakumulasi dalam jerami. Kenyataan yang terjadi kebanyakan para petani
lebih senang membakar jerami atau mengeluarkan jerami dari sawahnya
untuk media jamur merang atau dibuang begitu saja. Pada pembakaran
jerami maka semua N serta sebagian P dan K yang ada dalam jerami
hilang. Dampak negatif lainnya dari pembakaran jerami antara lain mikro
organisme tanah terganggu, tanah menjadi padat, kesuburan tanah menurun
karena bahan organik tanah ikut terbakar, serta terjadi polusi udara.
Tabel 2. Kriteria tanah subur, sedang dan kurang subur
Sifat Kimia Tanah |
Tidak Subur
|
Subur
|
Sangat Subur
|
BO tanah |
rendah (C-org < 1%)
|
Sedang (C-org 1-1,5 %
|
Sedang – tinggi (C-org 1,5 – 2,5%)
|
KTK tanah |
Rendah (< 10 me/100 g)
|
Sedang (10 – 20 me/100 g)
|
Tinggi ( > 20 me/100 g)
|
Hara tersedia |
Rendah (P-olsen < 5 ppm), K-dd < 0,15 me/100 g
|
Sedang (P-olsen 5-10 ppm), K-dd 0,15 – 0,30 me/100 g
|
Tinggi (P-olsen > 10 ppm), K-dd > 0,3o me/100g
|
Hasil gabah tanpa pupuk |
2,5 t/ha
|
4,0 t/ha
|
> 4,0 t/ha
|
Sumbangan N dari tanah |
30 kg/ha
|
50 kg/ha
|
70 kg/ha
|
Sumbangan P dari tanah |
10 kg/ha
|
15 kg/ha
|
25 kg/ha
|
Sumbangan K dari tanah |
50 kg/ha
|
75 kg/ha
|
100 kg/ha
|
Sebagai pengganti pupuk anorganik bila
terjadi kelangkaan pupuk, ataupun harga pupuk pabrik yang mahal, dapat
digunakan pupuk organik dalam bentuk Azolla, Sesbania, Gliricidia,
orok-orok dan petai cina. Kelebihan pupuk hijau tersebut adalah mampu
menambat N berasal dari udara dalam jumlah yang cukup besar serta tumbuh
dengan cepat. Sebagai gambaran, tanaman Azolla mampu menambat N dari udara sebanyak 60 kg N/ha, Sesbania : 267 kg N/ha, Gliricidia
: 42 kg N/ha, Orok-orok : 110 kg N/ha dan petai cina : 200 kg N/ha.
Secara umum dikatakan bahwa pupuk hijau mampu memenuhi kebutuhan hara N
sebanyak 80 % kebutuhan N tanaman. Pemberian pupuk hijau dapat dilakukan
dengan cara membenamkan daun-daunnya ke dalam tanah pada waktu
pengolahan tanah.
Kombinasi pemberian pupuk organik dan
anorganik untuk padi hibrida sangat dianjurkan. Pupuk organik yang
dianjurkan berupa pupuk kandang atau kompos jerami sebanyak 2 ton per
hektar setiap musim, sedangkan pupuk anorganik yang diperlukan adalah
Urea, SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 300 kg, 100 kg dan 100 kg per
hektar.
Sumber : http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/226-pemupukan-pada-tanaman-padi
Cara Memupuk Padi yang Benar
Reviewed by Redaksi
on
11:20 AM
Rating:
Tidak ada komentar: